INGIN KUDEKAP ENGKAU DALAM UKHUWAH
-
(Sebuah Renungan diri)
Karena ikatan kita lemah... Saat keakraban kita merapuh...
Saat salam terasa menyakitkan...
Saat kebersamaan serasa siksaan ..
Saat ...
Abdullah bin Ummi Maktum
Abdullah bin Ummi Maktum (wafat 14 H) Abdullah bin Umar bin Syuraikh, seorang sahabat asal Quraisy ini termasuk peserta hijrah ke Madinah rombongan pertama. Beliau sampai di Madinah sebelum kedatangan Rasulullah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Beliau meninggal dalamperang Qadisiah membawahi sebuah brigade. ‘Abdullah bin Ummi Maktum, orang mekah suku Quraisy. Dia mempunyai ikatan keluarga dengan Rasululah Shalalahu ‘alaihi Wassalam. Yaitu anak paman Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid Ridhwanullah ‘Alaiha. Bapaknya Qais bin Zaid, dan ibunya ‘ Atikah binti ‘ Abdullah. Ibunya bergelar “ Umi Maktum” karena anaknya ‘ Abdullah lahir dalam keadaan buta total. ‘Abdullah bin Ummi Maktum menyaksikan ketika cahaya Islam mulai memancar di Makkah. Allah melapangkan dadanya menerima agama baru itu. Karena itu tidak diragukan lagi dia tidak termasuk kelompok yang pertama-tama masuk Islam. Sebagai muslim kelompok pertama, ‘Abdullah turut menanggung segala macam suka duka kaum muslimin di Makkah ketika itu. Dia turut menderita siksaan kaum Quraisy seperti diderita kawan kawannya seagama, berupa penganiayaan dan berbagai macam tindakan kekerasan lainnya. Tetapi apakah karena tindakan-tindakan kekerasan itu Ibnu ummi Maktum menyerah? Tidak……! Dia tidak pernah mundur dan tidak lemah iman. Bahkan dia semakin teguh berpegang pada ajaran Islam dan Kitabullah. Dia semakin rajin memepelajari syariat Islam dan seringh mendatangi majelis Rasulullah. Begitu rajin dia mendatangi majelis Rasulullah, menyimak dan menghafal Al-Qur’ an, sehingga setiap waktu senggang selalu disinya, dan setiap kesempatan yang baik selalu disebutnya. Bahkan dia sangat rewel. Karena rewelnya, dia beruntung memperoleh apa yang diinginkannya dari Rasulullah, di samping keuntungan bagi yang lain lain juga. Pada masa permulaan tersebut, Rasulullah sering mengadakan dialog dengan pemimpin- pemimpin Quraisy, mengharapkan semoga mereka masuk Islam. Pada suatu hari beliau bertatap muka dengan ‘Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, ‘Amr bin Hisyam alias Abu Jahl, Umayyah bin Khalaf dan walid bin Mughirah, ayah saifullah Khalid bin walid. Rasulullah berunding dan bertukar pikiran dengan mereka tentang Islam. Beliau sangat ingin mereka menerima dakwah dan menghentikan penganiayaan terhadap para sahabat beliau. Sementara beliau berunding dengan sungguh-sungguh, tiba-tiba ‘Abdullah bin Ummi maktum datang mengganggu minta dibacakan kepadanya ayat-ayat Al-Qur’an. Kata ‘Abdullah, “Ya, Rasulullah! Ajarkanlah kepadaku ayat-ayat yang telah diajarkan Allah kepada Anda!” Rasul yang mulia terlengah memperdulikan permintaan ‘Abdullah. Bahkan beliau agak acuh kepada interupsinya itu. Lalu beliau membelakangi ‘Abdullah dan melanjutkan pembicaraan dengan pemimpin Quraisy tersebut. Mudah- mudahan dengan Islamnya mereka, Islam tambah kuat dan dakwah bertambah lancar. Selesai berbicara dengan mereka, Rasulullah bermaksud hendak pulang. Tetapi tiba tiba penglihatan beliau gelap dan kepala beliau terasa sakit seperti kena pukul. Kemudian Allah mewahyukan firman-Nya kepada beliau: “Dia ( Muhammad ) bermuka masam dan berpaling, karena seorang buta dating kepadanya, Tahukah kamu, barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia ( ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada ( celaan) atasmu kalau mereka tidak membersihkan diri (beriman). Adapun orang yang dating kepadamu dengan bergegas (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali kali jangan ( begitu)! Sesungguhnya ajaran Allah itu suatu peringatan. Maka siapa yanag menghendaki tentulah ia memperhatikannya. (Ajaran ajaran itu) terdapat di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para utusan yang mulia lagi ( senantiasa) berbakti.” (QS. 80 : 1 – 16). Enam belas ayat itulah yang disampaikan Jibril Al- Amin ke dalam hati Rasulullah sehubungan dengan peristiwa ‘Abdullah bin Ummi maktum, yang senantiasa dibaca sejak diturunkan sampai sekarang, dan akan terus dibaca sampai hari kiamat. Sejak hari itu Rasulullah tidak lupa memberikan tempat yang mulia bagi ‘ Abdullah apabila dia datang. Beliau menyilahkan duduk ditempat duduk beliau. Beliau tanyakan keadaannya dan beliau penuhi kebutuhannya. Tidaklah heran kalau beliau memuliakan ‘Abdullah demikian rupa; bukankah tegoran dari langit itu sangat keras! Tatkala tekanan dan penganiayaan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin semakin berat dan menjadi jadi, Allah Ta’ala mengizinkan kaum muslimin dan Rasul-Nya hijrah. ‘Abdullah bin Ummi maktum bergegas meninggalkan tumpah darahnya untuk menyelamatkan agamanya. Dia bersama sama Mus’ab bin Umar sahabat- sahabat Rasul yang pertama tama tiba di Madinah, setibanya di Yatsrib (Madinah), ‘ Abdullah dan Mush’ ab segera berdakwah, membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan mengajarkan pengajaran Isalam. Setelah Rasulullah tiba di Madinah, beliau mengangkat ‘Abdullah bin Ummi Maktum serta Bilal bin rabah menjadi Muadzin Rasulullah. Mereka berdua bertugas meneriakkan kalimah tauhid lima kali sehari semalam, mengajak orang banyak beramal saleh dan mendorong masyarakat merebut kemenangan. Apabila Bilal adzan, maka ‘ Abdullah qamat. Dan bila ‘ Abdullah adzan, maka Bilal qamat. Dalam bulan Ramadhan tugas mereka bertambah. Bilal adzan tengah malam membangunkan kaum muslimin untuk sahur, dan ‘Abdullah adzan ketika fajar menyingsing, memberi tahu kaum muslimin waktu imsak sudah masuk, agar menghentikan makam minum dan segala yang membatalkan puasa. Untuk memuliakan ‘Abdullah bin Ummi maktum, beberapa kali Rasulullah mengangkatnya menjadi Wali Kota Madinah menggantikan beliau, apabila meninggalkan kota. Tujuh belas kali jabatan tersebut dipercayakan beliau kepada ‘ Abdullah. Salah satu diantaranya, ketika meninggalkan kota Madinah untuk membebaskan kota Makkah dari kekuasaan kaum musyrikin Quraisy. Setelah perang Badr, Allah menurunkan ayat-ayat Al-Qur’an, mengangkat derajat kaum muslimin yang pergi berperang fi sabilillah. Allah melebihkan derajat mereka yang pergi berperang atas orang-orang yang tidak pergi berperang, dan mencela orang yang tidak pergi karena ingin bersantai- santai. Ayat-ayat tersebut sangat berkesan di hati ‘Abdullah bin Ummi Maktum. Tetapi baginya sukar mendapatkan kemuliaan tersebut karena dia buta. Lalu dia berkata kepada Rasulullah, “Ya, Rasulullah! Seandainya saya tidak buta, tentu saya pergi berperang.” Kemudian dia bermohon kepada Allah dengan hati penuh tunduk, semoga Allah menurunkan pula ayat-ayat mengenai orang-orang yang keadaannnya cacat (udzur) seperti dia, tetapi hati mereka ingin sekali hendak turut berperang. Dia senantiasa berdoa dengan segala kerendehan hati. Katanya, “Wahai Allah! Turunkanlah wahyu mengenai orang-orang yang udzur sepertiku!” Tidak berapa lama kemudian Allah memperkenankan doanya. Zaid bin Tsabit, sekertaris Rasulullah yang bertugasmenuliskan wahyu menceritakan, “ku duduk di samping Rasulullah. Tiba tiba beliau diam, sedangkan paha beliau terletak di atas pahaku. Aku belum pernah merasakan beban yang paling berat melebihi berat paha Rasulullah ketika itu. Sesudah beban berat yang menekan pahaku hilang, beliau bersabda, “Tulislah, hai Zaid!” Lalu aku menuliskan, “Tidak sama orang-orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang) dengan pejuang- pejuang yang berjihad fi sabilillah…. .” ( QS. 4 : 95). Ibnu Ummi berdiri seraya berkata, “Ya Rasulullah! Bagaimana dengan orang- orang yang tidak sanggup pergi berjihad (berperang karena cacat)?” Selesai pertanyaan ‘Abdullah, Rasulullah berdiam dan paha beliau menekan pahaku, seolah-olah aku menanggung beban berat seperti tadi. Setelah beban berat itu hilang, Rasulullah berkata, “Coba baca kembali yang telah engkau tulis!” Aku membaca , “Tidak sama orang- orang mukmin yang duduk (tidak turut berperang).” lalu kata beliau. Tulis! “ Kecuali bagi orang-orang yang tidak mampu.” Maka turunlah pengecualian yang diharap harapkan Ibnu Ummi Maktum. Meskipun Allah telah memaafkan Ibnu Ummi Maktum dan orang- orang udzur seperti dia untuk tidak berjihad, namun dia enggan bersantai-santai beserta orang-orang yang tidak turut berperang. Dia tetap membulatkan tekat untuk turut berperang fi sabilillah. Tekad itu timbul dalam dirinya, karena jiwa yang besar tidak dapat dikatakan besar, kecuali bila orang itu memikul pula pekerjaan besar. Maka karena itu dia sangat gandrung untuk turut berperang dan menetapkan sendiri tugasnya di medan perang. Katanya, “Tempatkan saya antara dua barisan sebagai pembawa bendera. Saya akan memeganya erat-erat untuk kalian. Saya buta, karena itu saya pasti tidak akan lari.” Tahun keempat belas Hijriyah, Khalifah ‘Umar bin Khaththab memutuskan akan memasuki Persia dengan perang yang menentukan, untuk menggulingkan pemerintahan yang zalim, dan menggantinya dengan pemerintahan Islam yang demokratis dan bertauhid. ‘Umar memerintahkan kepada segenap Gubernur dan pembesar dalam pemerintahannya, ‘ Jangan ada seorang jua pun yang ketinggalan dari orang orang bersenjata, orang yang mempunyai kuda, atau yang berani, atau yang berpikiran tajam, melainkan hadapkan semuanya kepada saya sesegera mungkin!” Maka berkumpulah di Madinah kaum Muslimin dari segala penjuru, memenuhi panggilan Khalifah ‘Umar. Di antara mereka itu terdapat seorang prajurit buta, ‘Abdullah bin Ummi maktum. Khalifah ‘Umar mengangkat Sa’ad bin Abi Waqash menjadi panglima pasukan yang besar itu. Kemudian Khalifah memberikan intruksi-intruksi dan pengarahan kepada Sa’ad. Setelah pasukan besar itu sampai di Qadisiyah. ‘Abdullah bin Ummi maktum memakai baju besi dan perlengkapan yang sempurna. Dia tampil sebagai pembawa bendera kaum muslimin dan berjanji akan senantiasa mengibarkannya atau mati di samping bendera itu. Pada hari ke tiga perang Qadisiyah, perang berkecamuk dengan hebat, yang belum pernah disaksikan sebelumnya. Kaum muslimin berhasil memenangkan perang tersebut dengan kemenangan paling besar yang belum pernah direbutnya. Maka pndahlah kekuasaan kerajaan Persia yang besar ke tangan kaum muslimin. Dan runtuhlah mahligai yang termegah, dan berkibarlah bendera tauhid di bumi penyembah berhala itu. Kemenangan yang meyakinkan itu dibayar dengan darah dan jiwa ratusan syuhada. Diantara mereka yang syahid itu terdapat ‘ Abdullah bin Ummi Maktum yang buta. Dia ditemukan terkapar di medan tempur berlumuran darah syahidnya, sambil memeluk bendera kaum muslimin. Sumber: Shuwar min Hayaatis Shahabah , Doktor ‘Abdurrahman Ra’fat Basya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
-
Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran - *BAB I* *PENDAHULUAN* *1. * *Latar Belakang* Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima amanat-Nya untuk ...
-
SURAH AL-FATIHAH - بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ *﴿١﴾* الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العٰلَمينَ *﴿٢﴾* الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ *﴿٣﴾* مٰلِكِ يَومِ الدّينِ *﴿٤﴾* إِيّاكَ نَعبُدُ وَ...
-
Label
INI PARA SAHABAT RASULULLAH LAIN NYA
PARA SAHABIYAH RASULULLAH SAW
Asma binti Abu Bakar
Asma binti Umais
Asma binti Yazid Al-Anshariah
Asy syifa' binti Harits
Barirah Maulah 'Aisyah
Hamnah binti Jahsyi
Hindun binti udbah
Khasnah binti Amru
Khaulah binti Tsa'labah
Para shabiyah lainnya baca slgkapnya
Raihanah binti Zaid bin Amru
Rubai bint Ma'uds
Shafiyah binti Abdul Muthalib
Sumayyah binti khayyath
Umamah bintu Abil Ash
Ummu Amarah Nuzaiban binti
Ummu Athiyyah Al -Anshariah
Ummu Halim binti Harits
Ummu Ma'bad Al Khusa'iyah
Ummu Sulaim bintu Malhan
Ummu Syuraik Al Quraisyiah
Ummu aimah Barkah bintu tsa'labah bin Amr
Ummu fadl Lubabah binti Haris
Ummu hani binti Abi Thalib
Ummu haram Malikah binti Milhan Bin Khalid Al-ansh
Ummu ruman bintu 'Amir
Ummu waraqah bnti Naufal
Zaid bin Tsabid
Sahabat titip senyum qu yaa.. Jika suatu saat kita bertemu, ku akan mengambilnya kembali, kemudian memberikannya lg untukmu, dengan penuh ke ikhlasan...
Lewat seorang sahabat yang
mulia yaitu Sa'ad bin Abi Waqash
radhiyallahu anhu, beliau
berkata:
Pada saat kami bersama
Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam beliau bersabda:
''Apakah seseorang diantara
kalian tidak mampu untuk
mendapatkan 1000 kebaikan
dalam sehari?'' Maka salah
seorang yang duduk diantara
kami bertanya: ''Bagaimana
salah seorang diantara kami
mendapatkan 1000 kebaikan?''
Beliau bersabda: ''Bertasbih 100
kali, niscaya ditulis baginya 1000
kebaikan atau dihapus darinya
1000 kesalahan'' - (Hadist Shahih
Riwayat Muslim).
ke lintasan
*** PENCIPTA'AN AL 'ARSY
*** PENCIPTA'AN LAUTAN~SUNGAI
*** PENCIPTA'AN SELURUH LAPISAN LANGIT
*** GALAXY BIMA SAKTI
*** PENCIPTA'AN MALAIKAT
*** PENCIPTA'AN JIN KISAH SYETHAN
*** PENCIPTA'AN NABI ADAM AS
*** KISAH DUA ANAK ADAM
*** WAFATNYA ADAM ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI IDRIS ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI NUH ALAIHISSALAM
*** KISAH HUD ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI SHALIH ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI IBRAHIM ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI LUTH ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI SYU'AIB ALAIHISSALAM
*** PENCIPTA'AN LAUTAN~SUNGAI
*** PENCIPTA'AN SELURUH LAPISAN LANGIT
*** GALAXY BIMA SAKTI
*** PENCIPTA'AN MALAIKAT
*** PENCIPTA'AN JIN KISAH SYETHAN
*** PENCIPTA'AN NABI ADAM AS
*** KISAH DUA ANAK ADAM
*** WAFATNYA ADAM ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI IDRIS ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI NUH ALAIHISSALAM
*** KISAH HUD ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI SHALIH ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI IBRAHIM ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI LUTH ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI SYU'AIB ALAIHISSALAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar