CATATAN KELUARGA RASULULLAH S*A*W

widgets

MATILAH KAMU SEBELUM MATI: BAB 2


Mengenai sabda Rasulullah SAW, ‘Matilah sebelum engkau mati:’ “Wahai sahabat, matilah sebelum engkau mati, jika yang paling engkau kehendaki adalah hidup; karena dengan mati seperti itu Idris a.s. menjadi seorang penghuni al- Jannah terlebih dahulu daripada kita semua. ”] Maulana Rumi Engkau telah banyak menderita, tetapi engkau masih tetap terhijab, karena kematian itu suatu pokok yang mendasar, dan engkau belum mencapainya. Deritamu tidak akan berakhir sampai engkau mati: engkau tidak dapat menjangkau atap tanpa menyelesaikan tangga panjatan. Walau hanya tersisa dua buah dari seratus anak-tangga, sang pemanjat yang telah keras berjuang tetap saja terhalang dari menjejakkan kaki di atas atap. Walau tambang hanya kurang satu dari seratus depa, bagaimanakah caranya air- sumur masuk ke dalam timba. Wahai pejalan, tidak akan pernah engkau mengalami kehancuran kapal keberadaan- diri ini, sampai engkau meletakkan pemberat terakhir. Ketahuilah pemberat terakhir itu sangatlah pokok, ia bagaikan bintang yang menembus, yang muncul pada malam hari: ia menghancurkan kapal yang penuh ide- jahat dan kesalahan ini. Kapal bangga-diri ini, ketika ia sepenuhnya hancur, menjadi matahari di tengah lengkung biru al-Jannah. Selama engkau belum mati, deritamu akan terus berkepanjangan: engkau akan dipadamkan manakala fajar merekah, wahai lilin dari Thiraz! Ketahuilah, Matahari dari alam ini tetap tersembunyi sampai bintang-bintang kita tertutup. Gunakanlah tongkat itu kepada dirimu-sendiri: hancurkanlah cinta-dirimu, karena mata jasmaniah ini bagaikan sumbat pada pendengaranmu. Engkau tengah menggunakan tongkat itu kepada dirimu- sendiri, wahai manusia rendah: cinta- diri ini adalah bayangan dari dirimu-sendiri dalam cermin dari tindakan-tindakan-Ku Engkau telah melihat bayangan dari dirimu-sendiri dalam cermin dari bentuk-Ku, dan telah meradang, ingin menempur dirimu- sendiri, Bagaikan singa yang terjun ke dalam sumur; karena menyangka bayangan dirinya- sendiri adalah musuhnya. Tidak diragukan lagi, ketiadaan (‘adam) adalah lawan dari keberadaan (wujud), maksudnya adalah agar dari lawannya ini, engkau memperoleh sedikit pengetahuan tentang yang sebaliknya. Pada saat ini tidak ada sarana yang menyebabkan diketahuinya Tuhan, kecuali dengan penyangkalan kebalikan: dalam kehidupan kini tiada saat yang tanpa jebakan. Wahai pemilik kesejatian, jika engkau menginginkan ketersingkapan-hijab al-Haqq, pilihlah kematian dan robeklah hijab. Bukanlah ini kematian yang kemudian membawamu ke dalam kubur, melainkan suatu kematian berupa transformasi jiwa, sehingga ia akan membawamu ke dalam suatu Cahaya. Ketika seseorang beranjak dewasa, masa kanak- kanaknya mati; ketika dia tumbuh putih seperti orang Yunani, ia menanggalkan celupan hitamnya yang bagaikan orang Afrika. Ketika bumi menjadi emas, tiada tertinggal unsur kebumiannya; ketika sedih menjadi gembira, duri kesedihan tiada tersisa. Karenanya, Sang Mustafa bersabda: “Wahai pencari rahasia-rahasia, jika engkau hendak melihat orang mati yang hidup, Yang berjalan- jalan di atas bumi, seperti orang yang masih hidup, namun dia telah mati dan jiwanya telah pergi ke al- Jannah; Orang yang jiwanya memiliki tempat-tinggal yang tinggi saat ini, ketika ajalnya tiba, tidaklah jiwanya dipindahkan. Karena dia telah dipindahkan sebelum mati: rahasia ini hanya dimengerti dengan mengalami kematian, bukannya dengan menggunakan nalar seseorang; Tetaplah itu sebuah pemindahan, tetapi tidak sama dengan pemindahan jiwa-jiwa dari mereka yang rendah: itu mirip dengan suatu perpindahan dalam hidup ini, dari suatu tempat ke tempat lain. Jika ada yang ingin melihat seseorang yang telah mati, tapi masih tampak berjalan di bumi, Biarkanlah dia memperhatikan Abu Bakar, sang shalih, yang dengan menjadi seorang saksi yang shiddiq, menjadi Pangeran Kebangkitan. Dalam hidup kebumian kini, tataplah sang shiddiq, sehingga lebih yakin lagi engkau percaya kepada Kebangkitan. ” Karena itulah, Muhammad merupakan seratus kebangkitan jiwa, di sini dan kini; sebab terlarutkan dia dalam kematian, dari kehilangan dan keterikatan sementara. Ahmad itu lahir dua-kali di alam ini: dia memanifestasi dalam seratus kebangkitan. Mereka bertanya kepadanya mengenai Kebangkitan: “ Wahai (engkau yang adalah) Sang Kebangkitan, berapa jauhkah jalan menuju Kebangkitan ?” Dan sering dia akan berkata, dengan kefasihan bisu: “ Adakah seseorang menanyakan (kepadaku, yang adalah) Sang Kebangkitan, mengenai Kebangkitan ?” Oleh karenanya, Sang Rasul yang membawa kabar-kabar gembira berkata, dengan penuh- makna: “Matilah sebelum engkau mati, wahai jiwa-jiwa mulia, Seperti aku telah mati sebelum mati, dan membawa dari Sana kemasyhuran dan keterkenalan ini. ” Sebab itu, jadilah kebangkitan dan, dengan demikian, lihatlah kebangkitan: menjadi kebangkitan adalah syarat yang diperlukan agar dapat melihat segala sesuatu sebagaimana adanya. Sampai engkau menjadi hal itu, tidaklah akan engkau ketahui dengan sempurna, apakah hal itu terang atau gelap. Jika engkau menjadi ‘ Aql, engkau akan mengetahui ‘ Aql dengan sempurna; jika engkau menjadi Cinta, akan engkau ketahui nyala sumbu Cinta. Akan aku nyatakan dengan jelas bukti dari pernyataan ini, jika ada pengertian yang tepat untuk menerimanya. Buah-ara mudah diperoleh di sekitar sini, jika ada burung pemakan buah-ara yang mau bertamu. Semuanya saja, lelaki ataupun perempuan, di seluruh alam, tiada hentinya dalam sekarat, dan tengah mati. Anggaplah kata-kata mereka sebagai wasiat kepada anaknya, yang disampaikan seorang ayah pada saat seperti itu. Sehingga dengan demikian, semoga tumbuh di hatimu pertimbangan dan belas-kasih, supaya akar kebencian dan kecemburuan dan permusuhan dapat tercabut. Pandanglah sesamamu dengan cara demikian, sehingga terbakarlah hatimu dengan belas-kasih, bagi sekaratnya. “Semua yang mesti datang, akan datang:” anggaplah dia sudah datang di sini dan kini, anggaplah sahabatmu sedang sekarat dan tengah mati. Dan jika kehendak-kehendak yang mementingkan diri- sendiri menghalangimu dari pandangan seperti ini, buanglah kehendak seperti ini dari dadamu; Dan jika engkau tidak- mampu, janganlah terus berdiam-diri dalam keadaan tidak-mampu itu: ketahuilah bersama dengan setiap ketidak-mampuan terdapat Yang-Membuat-tidak- mampu. Ketidak-mampuan itu adalah sebuah belenggu: Dia mengikatmu dengannya, engkau harus membuka matamu untuk menatap Dia yang mengikatkan belenggu. Karenanya, bermohonlah dengan rendah-hati, katakanlah: “ Wahai Sang Pemandu kehidupan, sebelumnya aku merdeka, dan kini aku terjatuh dalam keterikatan; gerangan apakah sebabnya? Telah lebih keras dari sebelumnya kuinjak-injakan kakiku pada kejahatan, karena Engkaulah Sang Maha Kuasa, dan aku senantiasa berada dalam kerugian. Selama ini aku tuli kepada seruan-Mu: seraya mengaku-aku diri seorang penghancur berhala, padahal sesungguhnya aku adalah seorang pembuat berhala. Apakah lebih pantas bagiku merenungkan tentang karya-karya-Mu atau tentang kematian? (Tentang kematian): Kematian itu bagaikan musim-gugur, dan Engkau adalah (akar yang merupakan) sumber dari dedaunan. ” Telah bertahun lamanya, kematian ini memukul-mukul genderangnya, (tetapi hanya ketika) telah terlambat telingamu tergerak mendengarkan. Dalam kesakitannya (manusia yang lalai) menjerit dari kedalaman jiwanya: “Wahai, aku tengah sekarat!” Apakah baru sekarang ini Kematian membuatmu sadar akan kehadirannya? Tenggorokan kematian serak karena teriakan-teriakannya; genderangnya robek karena kerasnya pukulan-pukulan yang diterimanya. Tetapi engkau menghancurkan dirimu- sendiri dalam remeh-temeh: baru kini engkau menangkap rahasia kematian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINGGALKAN JEMPOLMU DISINI YAAA
http://picasion.com/gl/1OgP/
UNTUKMU SAHABATKU

Sahabat titip senyum qu yaa.. Jika suatu saat kita bertemu, ku akan mengambilnya kembali, kemudian memberikannya lg untukmu, dengan penuh ke ikhlasan...

Lewat seorang sahabat yang mulia yaitu Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu anhu, beliau berkata:
Pada saat kami bersama Rasulullah shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda: ''Apakah seseorang diantara kalian tidak mampu untuk mendapatkan 1000 kebaikan dalam sehari?'' Maka salah seorang yang duduk diantara kami bertanya: ''Bagaimana salah seorang diantara kami mendapatkan 1000 kebaikan?'' Beliau bersabda: ''Bertasbih 100 kali, niscaya ditulis baginya 1000 kebaikan atau dihapus darinya 1000 kesalahan'' - (Hadist Shahih Riwayat Muslim).