Sifat-Sifat Allah swt. Sifat-sifat Allah
terdiri atas 3 , yaitu sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz. 1.
Sifat Wajib Bagi Allah swt. Sifat wajib adalah sifat yang harus ada
pada Dzat Allah swt. sebagai kesempurnaan bagi- Nya. Sifat-sifat wajib
Allah tidak dapat diserupakan dengan sifat- sifat makhluk-Nya maka
sifat Allah wajib diyakini dengan akal (wajib aqli) dan berdasarkan Al
Qur ’an dan hadits Nabi saw. (wajib naqli). Menurut para ulama kalam
sifat wajib bagi Allah itu ada 20 sifat, sebagai berikut. 1) Wujud
artinya Ada 2) Qidam artinya Dahulu 3) Baqa’ artinya Kekal 4)
Mukhallafatu lil Hawaditsi artinya Berbeda dari Semua Makhluk 5)
Qiyamuhu Binafsihi artinya Berdiri Sendiri 6) Wahdaniyah artinya Esa
7) Qudrat artinya Maha Kuasa 8) Iradat artinya Berkehendak 9) Ilmu
Maha Mengetahui 10) Hayat artinya Hidup 11) Sama ’ artinya Mendengar
12) Bashar artinya Melihat 13) Kalam artinya Berfirman 14) Qadiran
artinya Mahakuasa 15) Muridan artinya Maha Berkehendak 16) ‘Aliman
artinya Maha Mengetahui 17) Hayyan artinya Mahahidup 18) Sami ’an
artinya Maha Mendengar 19) Bashiran artinya Maha Melihat 20)
Mutakalliman artinya Maha Berkata-kata Kedua puluh sifat wajib Allah
ini dikelompokkan menjadi 4
kelompok, yaitu sifat nafsiyah, salbiyah, ma ’ani, dan ma’nawiyah. a. Sifat Nafsiyah adalah sifat yang hanya berkaitan dengan Zat Allah semata-mata. Sifat ini terdapat dalam sifat wujud. b. Sifat Salbiyah adalah sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, sedangkan makhluk tidak memilikinya. Sifat ini terdapat dalam lima sifat Allah, yaitu qidam, baqa, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah. c. Sifat Ma’ani adalah sifat- sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Sifat ini terdapat pada tujuh sifat Allah, yakni qudrat, iradat, ‘ilmu, hayat, sama’, basher, dan kalam. d. Sifat Ma’nawiyah adalah keumuman/kelaziman dari sifat ma ’ani. Sifat ini tidak dapat berdiri sendiri karena setiap ada sifat ma ’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Sifat-sifat yang termasuk ma’nawiyah ada tujuh, yaitu qadiran, muridan, ‘ aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakalliman. 2. Sifat Mustahil Bagi Allah swt. Sifat mustahil bagi Allah swt. adalah sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada Allah swt. Sifat-sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat wajib bagi Allah sehingga jumlahnya sama. Sifat-sifat mustahil bagi Allah adalah sebagai berikut. 1) ‘Adam artinya tidak ada 2) Huduts artinya baru atau permulaan 3) Fana artinya binasa atau rusak 4) Mumatsalatu lil Hawaditsi artinya menyerupai yang baru 5) Ihtiyaju li ghairihi artinya membutuhkan sesuatu selain dirinya 6) Ta ’adud artinya berbilang lebih dari satu 7) ‘Ajzun artinya lemah 8) Karahah artinya terpaksa 9) Jahlun artinya bodoh 10) Mautun artinya mati 11) Shamamun artinya tuli 12) ‘Umyun artinya buta 13) Bukmun artinya bisu 14) ‘Ajizan artinya Mahalemah 15) Mukrahan artinya Maha terpaksa 16) Jahilan artinya Mahabodoh 17) Mayyitan artinya Mahamati 18) Ashamma artinya Mahatuli 19) A ’ma artinya Mahabuta 20) Abkama artinya Mahabisu 3. Sifat Jaiz Bagi Allah swt. Allah swt selain memiliki sifat wajib dan mustahil juga memiliki sifat jaiz. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi ’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak- Nya. Sifat ma'ani yaitu sifat yang ada pada dzat Allah yang sesuai dengan kesem-purnaan Allah. Sedang sifat ma'nawiyah adalah sifat yang selalu tetap ada pada dzat Allah dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat demikian. Sebagai contoh: Kalau dinyatakan bahwa Allah itu bersifat "qudrah ” yang berarti "maha kuasa”, maka sifat ini disebut sifat "ma'ani ”, artinya mungkin pada suatu ketika Allah itu tidak lagi Maha Kuasa. Tetapi setelah dinyatakan "kaunuhu Qadiran ”, dan sifat ini adalah sifat "ma'nawiyah”, maka artinya adalah: Keadaan Allah itu selalu Maha Kuasa, sehingga tidak mungkin pada suatu ketika tidak Maha Kuasa. Dasar Pengambilan Jala'ul Afham, Muhammad Ihya' Ulumuddin, Nurul Haramain, tt., hal 26
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺕﺎﻔﺻ: ﺖﻴﻤﺳﻭ ﺎﻬﻧﻷ ﻰﻧﺎﻌﻤﻟﺎﺑ ﻪﻠﻟ ﺖﺘﺒﺛﺃ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺔﻤﺋﺎﻗ ﺔﻳﺩﻮﺟﻭ ﺔﻘﺋﻻ ﻪﺗﺍﺬﺑ ﻪﻟﺎﻤﻜﺑ... ﺕﺎﻔﺻ ﺔﻳﻮﻨﻌﻣ: ﺔﺒﺴﻧ ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻊﺒﺴﻠﻟ ﻉﺮﻓ ﻰﻫ ﻰﺘﻟﺍ ﺖﻴﻤﺳﻭ ﺎﻬﻨﻣ ﺎﻬﻧﻷ ﺔﻳﻮﻨﻌﻣ ﺔﻣﺯﻻ ﻰﻧﺎﻌﻤﻠﻟ. ..ﻲﻫﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻧﻮﻛ ﺍﺪﻳﺮﻣﻭ ﺍﺭﺩﺎﻗ, ﺎﻴﺣﻭ ﺎﻤﻟﺎﻋﻭ ﺎﻌﻴﻤﺳﻭ ﺍﺮﻴﺼﺑﻭ ﺎﻤﻠﻜﺘﻣﻭ. ﺔﻤﻜﺣﻭ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺮﻛﺫ ﻊﻣ ﺔﻳﻮﻨﻌﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻠﺧﺍﺩ ﺎﻬﻧﻮﻛ ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺕﺎﻔﺻ ﺎﻣ ﺓﺭﻮﻛﺬﻤﻟﺍ ﻲﻠﻳ ) : ﺍ( ﺮﻛﺫ ﻰﻠﻋ ﺪﺋﺎﻘﻌﻟﺍ ﻥﻷ ﻞﻴﺼﻔﺘﻟﺍ ﻪﺟﻭ ﺮﻄﺧ ﻞﻬﺠﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﻢﻴﻈﻋ) .ﺏ( ﺩﺮﻟﺍ ﺔﻟﺰﺘﻌﻤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻫﻭﺮﻜﻧﺃ ﻢﻬﻧﺈﻓ, ﻪﻧﺇ ﺍﻮﻟﺎﻘﻓ ﺭﺩﺎﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺪﻳﺮﻣ ﻪﺗﺍﺬﺑ ﺮﻴﻏ ﻦﻣ ﻪﺗﺍﺬﺑ ﺓﺩﺍﺭﺇ ﻻﻭ ﺓﺭﺪﻗ ﻰﻟﺇ ﺍﺬﻜﻫﻭ ﺎﻫﺮﺧﺁ, ﺍﻭﺪﺼﻗﻭ ﻚﻟﺬﺑ ﻪﻳﺰــﻨﺘﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﻰﻟﺎﻌﺗ, ﺍﻮﻟﺎﻗﻭ : ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻩﺎﻨﻔﺻﻭ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻩﺬﻬﺑ. ﻥﻮﻜﺗ ﻥﺃ ﺎﻣﺈﻓ ﻥﺃ ﺎﻣﺇﻭ ﺔﺛﺩﺎﺣ ﺔﻤﻳﺪﻗ ﻥﻮﻜﺗ. ﺖﻧﺎﻛ ﺍﺫﺈﻓ ﺖﻟﺎﺤﺘﺳﺍ ﺔﺛﺩﺎﺣ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺕﺩﺪﻌﺗ ﺔﻤﻳﺪﻗ ﻭﺃ ﺀﺎﻣﺪﻘﻟﺍ ﺖﻔﺘـﻧﺎﻓ ﺔﻴﻧﺍﺪﺣﻮﻟﺍ. ﻚﻟﺫ ﻦﻋ ﺏﺍﻮﺠﻟﺍﻭ ﻝﻮﻘﻧ ﻥﺃ : ﻩﺬﻫ ﻥﺇ ﺖﺴﻴﻟ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻦﻋ ﺔﻠﻘﺘﺴﻣ ﺕﺍﺬﻟﺍ, ﻲﻫ ﺎﻤﻧﺇﻭ ﻲﻬﻓ ﺎﻬﻟ ﺔﻌﺑﺎﺗ ﺔﻳﺩﻮﺟﻭ ﺔﻔﺻ ﺎﻬﺑ ﺔﻤﺋﺎﻗ. "Sifat-sifat ma'ani: Sifat-sifat itu disebut sifat ma'ani, karena sesungguhnya telah tetap bagi Allah ta' ala pengertian- pengertian yang ada lagi tegak pada dzat Allah serta sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat ma'nawiyah adalah pembangsaan bagi sifat ma'ani yang tujuh yang dia adalah cabang dari sifat-sifat ma'ani. Dinamakan sifat ma'nawiyah, karena sifat tersebut adalah harus ada dan pengertian-nya terus- menerus ada pada dzat Allah; yaitu keadaan Allah ta'ala adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Maha Berkehendak, Dzat Yang Maha Mengetahui, Dzat Yang Maha Hidup, Dzat Maha Mendengar, Dzat Yang Maha Melihat, dan Dzat Yang Maha Berbicara. Adapun hikmah dari penuturan dari sifat-sifat ma'nawiyah ini beserta keada-annya adalah masuk pada sifat-sifat ma'ani yang telah disebutkan adalah sebagai berikut: Menuturkan akidah-akidah secara terperinci, karena sesungguhnya bahaya dari kebodohan terhadap hal tersebut adalah besar. Menolak faham Mu'tazilah, karena orang-orang Mu'tazilah itu mengingkarinya. Mereka berkata: " Sesungguhnya Allah ta'ala itu adalah Maha Kuasa dengan Dzat-Nya sendiri, Maha berkehendak dengan dzat-Nya sendiri tanpa kekuasaan dan tanpa kehendak, dan seterusnya. Mereka bermaksud dengan demikian itu adalah untuk mensucikan Allah ta'ala. Dan mereka berkata: Kita telah mensifati Allah ta'ala dengan sifat- sifat ini. Maka kemungkinan sifat-sifat tersebut keadaannya didahului oleh ketiadaan dan mungkin sedia tanpa permulaan. Jika sifat-sifat itu keadaannya adalah didahului oleh ketiadaan, maka mustahil bagi Allah ta' ala. Atau jika keadaannya tidak didahului oleh ketiadaan, maka hal yang qadim (sedia tanpa permulaan) itu menjadi banyak, sehingga hilanglah ke-esa-an Allah. Kami menjawab: Sesungguhnya sifat- sifat ini tidaklah berdiri sendiri, tetapi mengikuti dzat-Nya, yaitu sifat yang ada dan tegak pada dzat-Nya</justify>.
kelompok, yaitu sifat nafsiyah, salbiyah, ma ’ani, dan ma’nawiyah. a. Sifat Nafsiyah adalah sifat yang hanya berkaitan dengan Zat Allah semata-mata. Sifat ini terdapat dalam sifat wujud. b. Sifat Salbiyah adalah sifat yang hanya dimiliki oleh Allah, sedangkan makhluk tidak memilikinya. Sifat ini terdapat dalam lima sifat Allah, yaitu qidam, baqa, mukhalafatu lil hawaditsi, qiyamuhu binafsihi, dan wahdaniyah. c. Sifat Ma’ani adalah sifat- sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Sifat ini terdapat pada tujuh sifat Allah, yakni qudrat, iradat, ‘ilmu, hayat, sama’, basher, dan kalam. d. Sifat Ma’nawiyah adalah keumuman/kelaziman dari sifat ma ’ani. Sifat ini tidak dapat berdiri sendiri karena setiap ada sifat ma ’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Sifat-sifat yang termasuk ma’nawiyah ada tujuh, yaitu qadiran, muridan, ‘ aliman, hayyan, sami’an, bashiran, mutakalliman. 2. Sifat Mustahil Bagi Allah swt. Sifat mustahil bagi Allah swt. adalah sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada Allah swt. Sifat-sifat mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat wajib bagi Allah sehingga jumlahnya sama. Sifat-sifat mustahil bagi Allah adalah sebagai berikut. 1) ‘Adam artinya tidak ada 2) Huduts artinya baru atau permulaan 3) Fana artinya binasa atau rusak 4) Mumatsalatu lil Hawaditsi artinya menyerupai yang baru 5) Ihtiyaju li ghairihi artinya membutuhkan sesuatu selain dirinya 6) Ta ’adud artinya berbilang lebih dari satu 7) ‘Ajzun artinya lemah 8) Karahah artinya terpaksa 9) Jahlun artinya bodoh 10) Mautun artinya mati 11) Shamamun artinya tuli 12) ‘Umyun artinya buta 13) Bukmun artinya bisu 14) ‘Ajizan artinya Mahalemah 15) Mukrahan artinya Maha terpaksa 16) Jahilan artinya Mahabodoh 17) Mayyitan artinya Mahamati 18) Ashamma artinya Mahatuli 19) A ’ma artinya Mahabuta 20) Abkama artinya Mahabisu 3. Sifat Jaiz Bagi Allah swt. Allah swt selain memiliki sifat wajib dan mustahil juga memiliki sifat jaiz. Menurut arti bahasa jaiz artinya boleh. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah swt. yaitu sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi ’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuatnya. Maksudnya Allah itu berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak- Nya. Sifat ma'ani yaitu sifat yang ada pada dzat Allah yang sesuai dengan kesem-purnaan Allah. Sedang sifat ma'nawiyah adalah sifat yang selalu tetap ada pada dzat Allah dan tidak mungkin pada suatu ketika Allah tidak bersifat demikian. Sebagai contoh: Kalau dinyatakan bahwa Allah itu bersifat "qudrah ” yang berarti "maha kuasa”, maka sifat ini disebut sifat "ma'ani ”, artinya mungkin pada suatu ketika Allah itu tidak lagi Maha Kuasa. Tetapi setelah dinyatakan "kaunuhu Qadiran ”, dan sifat ini adalah sifat "ma'nawiyah”, maka artinya adalah: Keadaan Allah itu selalu Maha Kuasa, sehingga tidak mungkin pada suatu ketika tidak Maha Kuasa. Dasar Pengambilan Jala'ul Afham, Muhammad Ihya' Ulumuddin, Nurul Haramain, tt., hal 26
ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺕﺎﻔﺻ: ﺖﻴﻤﺳﻭ ﺎﻬﻧﻷ ﻰﻧﺎﻌﻤﻟﺎﺑ ﻪﻠﻟ ﺖﺘﺒﺛﺃ ﻲﻧﺎﻌﻣ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺔﻤﺋﺎﻗ ﺔﻳﺩﻮﺟﻭ ﺔﻘﺋﻻ ﻪﺗﺍﺬﺑ ﻪﻟﺎﻤﻜﺑ... ﺕﺎﻔﺻ ﺔﻳﻮﻨﻌﻣ: ﺔﺒﺴﻧ ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﻊﺒﺴﻠﻟ ﻉﺮﻓ ﻰﻫ ﻰﺘﻟﺍ ﺖﻴﻤﺳﻭ ﺎﻬﻨﻣ ﺎﻬﻧﻷ ﺔﻳﻮﻨﻌﻣ ﺔﻣﺯﻻ ﻰﻧﺎﻌﻤﻠﻟ. ..ﻲﻫﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻧﻮﻛ ﺍﺪﻳﺮﻣﻭ ﺍﺭﺩﺎﻗ, ﺎﻴﺣﻭ ﺎﻤﻟﺎﻋﻭ ﺎﻌﻴﻤﺳﻭ ﺍﺮﻴﺼﺑﻭ ﺎﻤﻠﻜﺘﻣﻭ. ﺔﻤﻜﺣﻭ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺮﻛﺫ ﻊﻣ ﺔﻳﻮﻨﻌﻤﻟﺍ ﻲﻓ ﺔﻠﺧﺍﺩ ﺎﻬﻧﻮﻛ ﻲﻧﺎﻌﻤﻟﺍ ﺕﺎﻔﺻ ﺎﻣ ﺓﺭﻮﻛﺬﻤﻟﺍ ﻲﻠﻳ ) : ﺍ( ﺮﻛﺫ ﻰﻠﻋ ﺪﺋﺎﻘﻌﻟﺍ ﻥﻷ ﻞﻴﺼﻔﺘﻟﺍ ﻪﺟﻭ ﺮﻄﺧ ﻞﻬﺠﻟﺍ ﻪﻴﻓ ﻢﻴﻈﻋ) .ﺏ( ﺩﺮﻟﺍ ﺔﻟﺰﺘﻌﻤﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺎﻫﻭﺮﻜﻧﺃ ﻢﻬﻧﺈﻓ, ﻪﻧﺇ ﺍﻮﻟﺎﻘﻓ ﺭﺩﺎﻗ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﺪﻳﺮﻣ ﻪﺗﺍﺬﺑ ﺮﻴﻏ ﻦﻣ ﻪﺗﺍﺬﺑ ﺓﺩﺍﺭﺇ ﻻﻭ ﺓﺭﺪﻗ ﻰﻟﺇ ﺍﺬﻜﻫﻭ ﺎﻫﺮﺧﺁ, ﺍﻭﺪﺼﻗﻭ ﻚﻟﺬﺑ ﻪﻳﺰــﻨﺘﻟﺍ ﻪﻠﻟ ﻰﻟﺎﻌﺗ, ﺍﻮﻟﺎﻗﻭ : ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻩﺎﻨﻔﺻﻭ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻩﺬﻬﺑ. ﻥﻮﻜﺗ ﻥﺃ ﺎﻣﺈﻓ ﻥﺃ ﺎﻣﺇﻭ ﺔﺛﺩﺎﺣ ﺔﻤﻳﺪﻗ ﻥﻮﻜﺗ. ﺖﻧﺎﻛ ﺍﺫﺈﻓ ﺖﻟﺎﺤﺘﺳﺍ ﺔﺛﺩﺎﺣ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﻪﻠﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺕﺩﺪﻌﺗ ﺔﻤﻳﺪﻗ ﻭﺃ ﺀﺎﻣﺪﻘﻟﺍ ﺖﻔﺘـﻧﺎﻓ ﺔﻴﻧﺍﺪﺣﻮﻟﺍ. ﻚﻟﺫ ﻦﻋ ﺏﺍﻮﺠﻟﺍﻭ ﻝﻮﻘﻧ ﻥﺃ : ﻩﺬﻫ ﻥﺇ ﺖﺴﻴﻟ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻦﻋ ﺔﻠﻘﺘﺴﻣ ﺕﺍﺬﻟﺍ, ﻲﻫ ﺎﻤﻧﺇﻭ ﻲﻬﻓ ﺎﻬﻟ ﺔﻌﺑﺎﺗ ﺔﻳﺩﻮﺟﻭ ﺔﻔﺻ ﺎﻬﺑ ﺔﻤﺋﺎﻗ. "Sifat-sifat ma'ani: Sifat-sifat itu disebut sifat ma'ani, karena sesungguhnya telah tetap bagi Allah ta' ala pengertian- pengertian yang ada lagi tegak pada dzat Allah serta sesuai dengan kesempurnaan-Nya. Sifat-sifat ma'nawiyah adalah pembangsaan bagi sifat ma'ani yang tujuh yang dia adalah cabang dari sifat-sifat ma'ani. Dinamakan sifat ma'nawiyah, karena sifat tersebut adalah harus ada dan pengertian-nya terus- menerus ada pada dzat Allah; yaitu keadaan Allah ta'ala adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Maha Berkehendak, Dzat Yang Maha Mengetahui, Dzat Yang Maha Hidup, Dzat Maha Mendengar, Dzat Yang Maha Melihat, dan Dzat Yang Maha Berbicara. Adapun hikmah dari penuturan dari sifat-sifat ma'nawiyah ini beserta keada-annya adalah masuk pada sifat-sifat ma'ani yang telah disebutkan adalah sebagai berikut: Menuturkan akidah-akidah secara terperinci, karena sesungguhnya bahaya dari kebodohan terhadap hal tersebut adalah besar. Menolak faham Mu'tazilah, karena orang-orang Mu'tazilah itu mengingkarinya. Mereka berkata: " Sesungguhnya Allah ta'ala itu adalah Maha Kuasa dengan Dzat-Nya sendiri, Maha berkehendak dengan dzat-Nya sendiri tanpa kekuasaan dan tanpa kehendak, dan seterusnya. Mereka bermaksud dengan demikian itu adalah untuk mensucikan Allah ta'ala. Dan mereka berkata: Kita telah mensifati Allah ta'ala dengan sifat- sifat ini. Maka kemungkinan sifat-sifat tersebut keadaannya didahului oleh ketiadaan dan mungkin sedia tanpa permulaan. Jika sifat-sifat itu keadaannya adalah didahului oleh ketiadaan, maka mustahil bagi Allah ta' ala. Atau jika keadaannya tidak didahului oleh ketiadaan, maka hal yang qadim (sedia tanpa permulaan) itu menjadi banyak, sehingga hilanglah ke-esa-an Allah. Kami menjawab: Sesungguhnya sifat- sifat ini tidaklah berdiri sendiri, tetapi mengikuti dzat-Nya, yaitu sifat yang ada dan tegak pada dzat-Nya</justify>.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar