Cinta bisa jadi merupakan kata yang paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yang bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita, harta, anak, kendaraan, rumah dan berbagai kenikmatan dunia lainnya merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yang paling tinggi dan mulia adalah cinta seorang hamba kepada Rabb- nya. Kita sering mendengar kata yang terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakannya, namun sulit untuk mendefinisikannya. Terlebih untuk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu, seseorang dengan gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dengan gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan, “Kami sama-sama cinta, suka sama suka. ” Karena alasan cinta, seorang bapak membiarkan anak-anaknya bergelimang dalam dosa. Dengan alasan cinta pula, seorang suami melepas istrinya hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun. Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tidak lagi menjadi tolok ukur. Dalam keadaan seperti ini, setan tampil mengibarkan benderanya dan menabuh genderang penyesatan dengan mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yang dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad . Allah berfirman: “ Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu: wanita- wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang- binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. ” (Ali ‘Imran: 14) Rasulullah dalam haditsnya dari shahabat Tsauban mengatakan: ‘Hampir- hampir orang-orang kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumunnya di atas sebuah tempayan. ’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah, apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit ?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar- benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dalam hati kalian (penyakit) al- wahn. ’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yang dimaksud dengan al-wahn wahai Rasulullah ?’ Rasulullah menjawab: ‘Cinta dunia dan takut mati.’ (HR. Abu Dawud no. 4297 , dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 3610)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dalam tafsirnya mengatakan: “Allah memberitakan dalam dua ayat ini (Ali ‘Imran: 13-14) tentang keadaan manusia kaitannya dengan masalah lebih mencintai kehidupan dunia daripada akhirat, dan Allah menjelaskan perbedaan yang besar antara dua negeri tersebut. Allah memberitakan bahwa hal-hal tersebut (syahwat, wanita, anak-anak, dsb) dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkannya di dalam hati-hati mereka, semuanya berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikannya sebagai tujuan terbesar dari cita-cita, cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adalah perhiasan yang sedikit dan akan hilang dalam waktu yang sangat cepat.” :: Definisi Cinta :: Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri. ” (Madarijus Salikin, 3 /9)
:: Hakikat Cinta :: Cinta adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah, maka ia akan menjadi ibadah. Dan sebaliknya, jika tidak sesuai dengan ridha- Nya maka akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan. :: Cinta kepada Allah :: Cinta yang dibangun karena Allah akan menghasilkan kebaikan yang sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dalam Madarijus Salikin (3 /22)
berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka: “Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian. ” (Ali ‘Imran: 31) Mereka (sebagian salaf) berkata: “(firman Allah) ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’, ini adalah isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda (cinta kepada Allah) adalah mengikuti Rasulullah , faidah dan buahnya adalah kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tidak mengikuti Rasulullah maka kecintaan Allah kepada kalian tidak akan terwujud dan akan hilang. ” Bila demikian keadaannya, maka mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik : “ Tiga hal yang barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Hendaklah Allah dan Rasul- Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya, dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintainya melainkan karena Allah, dan hendaklah dia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci untuk dilemparkan ke dalam neraka. ” (HR. Al- Bukhari no. 16 dan Muslim no. 43)
Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab adanya cinta (kepada Allah) ada sepuluh perkara: Pertama, membaca Al Qur ’an, menggali, dan memahami makna-maknanya serta apa yang dimaukannya. Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan- amalan sunnah setelah amalan wajib. Ketiga, terus-menerus berdzikir dalam setiap keadaan. Keempat, mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolaknya nafsu. Kelima, hati yang selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah, menyaksikan dan mengetahuinya. Keenam, menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala nikmat-Nya. Ketujuh, tunduknya hati di hadapan Allah . Kedelapan, berkhalwat (menyendiri dalam bermunajat) bersama-Nya ketika Allah turun (ke langit dunia). Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang memiliki sifat cinta dan jujur. Kesepuluh, menjauhkan segala sebab-sebab yang akan menghalangi hati dari Allah . (Madarijus Salikin, 3 /18 , dengan ringkas) Cinta adalah Ibadah Sebagaimana telah lewat, cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yang memiliki kedudukan tinggi dalam agama sebagaimana ibadah- ibadah yang lain. Allah berfirman: “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu. ” (Al- Hujurat: 7)
“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah. ” (Al-Baqarah: 165) “Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai- Nya. ” (Al-Maidah: 54) Adapun dalil dari hadits Rasulullah adalah hadits Anas yang telah disebut di atas yang dikeluarkan oleh Al- Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya. ” :: Macam-macam cinta :: Di antara para ulama ada yang membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yang membaginya menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘ Abdulwahhab Al-Yamani dalam kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid (hal. 114)
menyatakan bahwa cinta ada empat macam: Pertama, cinta ibadah. Yaitu mencintai Allah dan apa- apa yang dicintai-Nya, dengan dalil ayat dan hadits di atas. Kedua, cinta syirik. Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah berfirman: “Dan di antara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah. ” (Al-Baqarah: 165)
Ketiga, cinta maksiat. Yaitu cinta yang akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yang diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Allah berfirman: “Dan kalian mencintai harta benda dengan kecintaan yang sangat. ” (Al-Fajr: 20) Keempat, cinta tabiat. Seperti cinta kepada anak, keluarga, diri, harta dan perkara lain yang dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah berfirman: “Ketika mereka (saudara- saudara Yusuf ‘alaihis salam) berkata: ‘Yusuf dan adiknya lebih dicintai oleh bapak kita daripada kita. ” (Yusuf: 8) Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban, maka berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lebih cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih, maka cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik. :: Buah cinta :: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Ketahuilah bahwa yang menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta, takut, dan harapan. Dan yang paling kuat adalah cinta, dan cinta itu sendiri merupakan tujuan karena akan didapatkan di dunia dan di akhirat. ” (Majmu’ Fatawa, 1 /95)
Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan: “Dasar tauhid dan ruhnya adalah keikhlasan dalam mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya, bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabbnya juga sempurna. ” (Al-Qaulus Sadid, hal. 110)
Bila kita ditanya bagaimana hukumnya cinta kepada selain Allah? Maka kita tidak boleh mengatakan haram dengan spontan atau mengatakan boleh secara global, akan tetapi jawabannya perlu dirinci. Pertama, bila dia mencintai selain Allah lebih besar atau sama dengan cintanya kepada Allah maka ini adalah cinta syirik, hukumnya jelas haram. Kedua, bila dengan cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dalam maksiat maka cinta ini adalah cinta maksiat, hukumnya haram. Ketiga, bila merupakan cinta tabiat maka yang seperti ini diperbolehkan. Wallahu a’lam.
SEBUAH CINTA
RASULULLAH SAW SEBGAI AYAH YANG PALING PENYAYANG
Allah telah menumbuhkan dalam hati orang tua rasa cinta, kasih sayang dan perhatian terhadap anak-anaknya. Seandainya bukan karena rasa cinta dan kasih sayang itu, niscaya mereka tidak akan sabar dalam mengasuh anak- anaknya. Hati yang kosong dari rasa cinta dankasih sayang terhadap anak-anak pertanda hati tersebut kasar dan keras. Sebaliknya, perlakuan dari hati yang kasar dan keras hanya akan menyebabkan anak-anak tumbuh dalam kubangan kebodohan dan kemalangan. Karena memang sudah jadi tabiat anak-anak sejak mereka dilahirkan sudah selalu memerlukan bimbingan, arahan, perhatian dan asuhan. Namun demikian, kasih sayang tidak akan memberikan manfaat apapun bagi perkembangan psikologi anak jika ia hanya tersembunyi dalam hati kedua orang tuanya. Oleh karena itu, kasih sayang harus di tampakkan kepada anak sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi jiwa anak. Oleh karena itulah, praktek kasih sayang seperti ini kita temukan dalam diri Rasulullah SAW. Kasih sayang beliau kepada putra-putri dan cucu-cucunya merupakan teladan bagi semua orang tua. Riwayat-riwayat di bawah ini merupakan bukti betapa kebapakan Rasulullah SAW penuh dengan rasa cinta, kasih sayang, kelembutan, kebaikan, keramahan, dan penuh perhatian terhadap anak-anak. Bahkan rasa cinta yang beliau miliki sempat membuat orang tercengang dan bertanya-tanya. Ummul mukminin Aisyah RA berkata: “ Seorang Arab Badui pernah datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya (kepada Rasulullah SAW dan para sahabat): “ Apakah kalian biasa mencium anak-anak kami ?” Rasulullah SAW bersabda: “ Senangkah engkau bila Allah mencabut rasa kasih sayang dari dalam hatimu?” Dari Abu Hurairoh RA dia berkata: “ Rasulullah SAW pernah mencium Hasan dan Husein, sedang pada waktu itu ada Aqra ’ bin Habis At- Tamini. Aqra ’ berkata: “ Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh anak, namun aku tidak pernah mencium seorangpun dari mereka. ” Rasulullah SAW lalu memandang Aqra ’ dan bersabda: “ Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi. ” Nabi SAW apabila putrinya Fatimah datang berkunjung, beliau selalu menyambutnya dengan ramah, lalu menciumnya dan berkata: “ Selamat datang wahai putriku !” Selanjutnya beliau mendudukanya di tempat duduk beliau. Kasih sayang Rasulullah SAW yang besar ini tidak hanya beliau berikan kepada putra-putri beliau, tapi juga baliau curahkan kepada cucu-cucunya bahkan kepada seluruh anak-anak sahabat. Utsman bin Zaid bin Haritsah berkata: ” Rasulullah SAW pernah mendudukan aku di paha beliau dan mendudukan cucunya, Hasan bin Ali KW, di paha beliau yang lain, kemudian beliau merangkul kami seraya berdoa: “ Yaa Allah, sayangilah keduanya karena aku juga menyayangi keduanya. ” Buraudah RA berkata: “ Ketika Rasulullah SAW sedang berkhutbah di hadapan kami (para sahabat), Hasan dan Husein yang saat itu mengenakan pakaian merah datang berjalan , lalu keduanya terjatuh. Rasulullah SAW turun dari mimbar, lalu mengangkat keduanya dan meletakan keduanya dihadapan beliau ” . Beliau bersabda:“ Maha benar Allah yang berfirman: Sesungguhnya harta-harta dan anak-anak kalian hanyalah merupakan cobaan (bagi kalian). “( QS. At Taghaban: 15). Abu Qatadah berkata: “ Rasulullah SAW pernah keluar menemui kami sambil memanggil Umamah binti Abdul ‘ Ash (cucu beliau) , kemudian beliau shalat mengimami kami. Ababila ruku ’ , beliau meletakan cucunya, dan bila beliau berdiri, beliau gendong lagi.” Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah menjulurkan lidahnya kepada Hasan bin Ali KW sampai terlihat kemerahan lidahnya. Maka Hasanpun segera mendekati kakeknya itu. Beliau juga pernah menemui orang-orang Nashar, lalu anak-anak mereka mengelilingi beliau. Beliau pun lalu menyapa mereka, mengusap kepala mereka dan mengucapkan salam untuk mereka. Semua riwayat di atas menunjukan betapa besarnya kasih sayang beliau terhadap semua orang, agar menjadi pelajaran dan contoh bagi para orang tua. Anas bin Malik berkata: “ Kami bersama Rasulullah SAW pernah menemui Abu Saif Al-Qoin. Dia adalah ayah susu Ibrahim (putra Nabi SAW). Rasulullah SAW mengambil Ibrahim, lantas mengecup dan menciumnya. Ketika Ibrahim mengalami naza’ , kedua mata Rasulullah SAW meneteskan air mata. Abdurrahman bin Auf bertanya: “ Apakah Engkau menangis juga ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “ Wahai Ibnu Auf, tetesan ini adalah bukti adanya rasa kasih sayang yang mendalam.” Selanjutnya beliau bersabda: “ Mata boleh meneteskan air mata dan hati boleh bersedih, namun kita tidak boleh bersedih dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak di ridhai Allah SWT. Sungguh kami sangat bersedih atas kepergianmu, Wahai Ibrahim. ” Bertepatan dengan wafatnya Ibrahim, Allah menghendaki terjadinya gerhana matahari. Para sahabat pun menyangka bahwa gerhana matahari itu terjadi karena kematian Ibrahim, tetapi Nabi SAW yang sedang berduka karena putranya bersabda: “ Sesungguhnya matahari dan bulan termasuk dari sekian tanda kekuasaan Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat terjadinya gerhana, berdoalah kepada Allah dan laksanakan shalat, sampai ia terang kembali. ” Seorang penyair Nashrani bernama Ilyas Qishal tercengang dengan sikap Nabi dalam menjelaskan gerhana ini. Dia amat kagum terhadap kejujuran beliau yang tidak mengambil keuntungan pribadi sebagaimana oportunis dan para pembohong. Ada yang mengatakan bahwa Ilyas Qishal ini masuk Islam, lalu mengungkapkan syair yang berisi pujian terhadap Nabi: Aku selalu mengenangmu, wahai Nabi yang banyak mendapatkan duka dan derita. Engkau merasa iba tatkala Ibrahim menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia yang sangat muda tanpa sempat menginjak masa remaja. Aku kesampingkan apa yang dikatakan para sahabat tentang dirimu. Karena dipelupuk matamu mengalir air mata karena kepergianya. Saat itu sebenarnya merupakan kesempatan baik yang bisa di politisir oleh seorang yang mengakui dirinya Nabi. Namun Engkau menunjukan perbuatan Engkau sendiri yang disertai dengan bukti- bukti. Sekiranya risalah yang Engkau sampaikan bukan untuk menjelaskan kebenaran, niscaya kebenaran akan tertukar dengan kebatilan. Demikian figur Rasulullah SAW sebagai seorang Ayah. Beliau adalah teladan bagi para Ayah dalam menghadapi kelahiran dan kematian anak. Beliau sangat gembira ketika anaknya yang bernama Ibrahim lahir dan juga begitu tabah dan sabar ketika Ibrahim meninggal. Meskipun beliau sedih dan meneteskan air mata, beliau tidak mengungkapkan kesedihanya, kecuali dengan kata-kata yang diridhai Allah SWT.
KEPRIBADIAN RASULULLAH SAW ADALAH ALQUR 'AN
Keperibadian Rasulullah saw. Adalah Alqur 'an Ditanyalah Aisyah; istri Rasulullah SAW bagaimana keprbadian Rasulullah SAW, menjawablah Aisyah; pribadi Rasulullah SAW adalah Alqur'an. Selain istri, sahabat yang di tanyakan bagaimana pribadi Rasul. Musuh rasul pun tidak luput dari pertnyaan itu, bagaimana kelemahan Rasul, menjawablah musuh rasul tidak ada kelemahan yang terlihat bagi musuh saya ungkap musuh Rasul. Secara garis besar ada beberapa Pribadi Rasul yang patut dicontoh dan tiru diantaranya: 1. Jujur, Rasul sangat memegang teguh kejujuran. Dari kecil hingga dewasa, Rasul sangat bisa dipercaya oleh sahabat dan rekan bisnisnya. Sehingga mendapat gelar Al-Amin yaitu Orang yang terpecaya. Sebagai siswa kita harus memegang prinsip kejujuran karna membuat hati tenang. Siswa yang sering berdusta hatinya tidak akan menjadi tenang dan gundah. 2. Pemaaf, selain jujur pribadi yang perlu dicontoh adalah pemaaf yang membuat musuh-musuhnya masuk Islam dikala Rasul ingin dibunuh namun niat tersebut gagal berkat pertolongan Allah SWT, Rasul menolongnya dengan kasih sayang, sehingga musuhnya sebagian masuk ke akidah Islam. Di dalam penelitian dokter di India yaitu bahwa orang yang suka memaafkan atau tidak pemarah akan mengurangi resiko penyakit jantung ini terbukti oleh sebagian pasien yang terkena penyakit jantung di India. Islam adalah agama yang sehat karena itu seorang orientalis barat; Wiliam dalam penelitianya mengenai Islam. Bahwa Islam agama yang sehat, sehingga menjadikan dirinya masuk Islam. Subhanallah. Islam memang agama yang luar biasa. Bahkan dalam buku yang beredar luas seperti gerakan sholat adalah olahraga yang bisa menyehatkan jiwa raga manusia. 3. Rendah Hati, kepribadian yang dimiliki Rasul seperti rendah hati membuat Rasul tidak pernah merasakan sakit yang luar biasa kecuali sakit menjelang wafatnya. Rendah hati adalah pribadi yang sangat disukai banyak orang. Lawan rendah hati adalah sombong seperti setan. Sesungguhnya sombong pakaian Allah SWT. Semoga kita semua diberkahi Allah SWT dan bisa menjadikan pribadi Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari yang membuat diri ini bahagia dunia akhirat. AAMMIN, Insya alloh SALAM UKHUWAH
-
INGIN KUDEKAP ENGKAU DALAM UKHUWAH - (Sebuah Renungan diri) Karena ikatan kita lemah... Saat keakraban kita merapuh... Saat salam terasa menyakitkan... Saat kebersamaan serasa siksaan .. Saat ...
-
Terbentuknya Jagat Raya Menurut Pandangan Al-Quran - *BAB I* *PENDAHULUAN* *1. * *Latar Belakang* Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan YME dan sebagai wakil Tuhan di bumi yang menerima amanat-Nya untuk ...
-
SURAH AL-FATIHAH - بِسمِ اللَّهِ الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ *﴿١﴾* الحَمدُ لِلَّهِ رَبِّ العٰلَمينَ *﴿٢﴾* الرَّحمٰنِ الرَّحيمِ *﴿٣﴾* مٰلِكِ يَومِ الدّينِ *﴿٤﴾* إِيّاكَ نَعبُدُ وَ...
-
Label
Sahabat titip senyum qu yaa.. Jika suatu saat kita bertemu, ku akan mengambilnya kembali, kemudian memberikannya lg untukmu, dengan penuh ke ikhlasan...
Lewat seorang sahabat yang
mulia yaitu Sa'ad bin Abi Waqash
radhiyallahu anhu, beliau
berkata:
Pada saat kami bersama
Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam beliau bersabda:
''Apakah seseorang diantara
kalian tidak mampu untuk
mendapatkan 1000 kebaikan
dalam sehari?'' Maka salah
seorang yang duduk diantara
kami bertanya: ''Bagaimana
salah seorang diantara kami
mendapatkan 1000 kebaikan?''
Beliau bersabda: ''Bertasbih 100
kali, niscaya ditulis baginya 1000
kebaikan atau dihapus darinya
1000 kesalahan'' - (Hadist Shahih
Riwayat Muslim).
ke lintasan
*** PENCIPTA'AN LAUTAN~SUNGAI
*** PENCIPTA'AN SELURUH LAPISAN LANGIT
*** GALAXY BIMA SAKTI
*** PENCIPTA'AN MALAIKAT
*** PENCIPTA'AN JIN KISAH SYETHAN
*** PENCIPTA'AN NABI ADAM AS
*** KISAH DUA ANAK ADAM
*** WAFATNYA ADAM ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI IDRIS ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI NUH ALAIHISSALAM
*** KISAH HUD ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI SHALIH ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI IBRAHIM ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI LUTH ALAIHISSALAM
*** KISAH NABI SYU'AIB ALAIHISSALAM